Macam-macam Ilham atau Wahyu
1. Wahyu syar’i, yaitu wahyu syariat yang diturunkan kepada para nabi yang mengemban amanat syari’at atau hukum;
2. Wahyu ghair-syar’i, wahyu bukan-syariat, yang diberiklan kepada hamba-hamba pilihan-Nya untuk member kepada mereka kerenteraman batin atau memperteguh iman semata berupa nubuatan-nubuatan atau kabar gaib mengenai masa depan dirinya, keluarganya, dan bahkan kaumnya sebagai ciri yang menandakan adanya hubungan dengan dan menunjukkan kebesaran Tuhan.
Di dalam kategori yang disebut terakhir ini termasuk ilham yang diturunkan kepada para aulia, wujud-wujud suci lainnya, bahkan orang kebanyakan bila Allah menghendaki, bahkan kepada binatang sekalipun. Sifat dan bentuk wahyu-wahyu itu adalah menurut kadar yang sesuai dengan martabatnya masing-masing.
Kita dibawa untuk merenungkan pula ayat suci Al-qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
وَأَوْحَ ىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِى مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًاوَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَ
Kata “mewahyukan kepada” di dalam ayat ini berarti bahwa Tuhan member atau menanamkan instink-instink atau pembawaan-pembawaan alami atau naluri-naluri kepada lebah pada khususnya dan semua makhluk pada umumnya. Diisyaratkan oleh ayat ini bahwa mekanisme seluruh alam semesta bekerja dengan mulus dan lancer berkat w ahyu atau ilham, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Dengan perkataan lain, segala makhluk – baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa—memenuhi tujuan keberadaannya menurut naluri-naluri dan kemampuan-kemampuan serta pembawaan aslinya. Lebah dipilih di dalam ayat ini dan dikemukakan sebagai contoh, betapa binatang ini hidup berorganisasi dan bekerja amat menakjubkan sekali dalam masyarakatnya. Allah Ta’ala memerintahkan kepada lebah, atau mengaktifkan naluri lebah:
Tuhan mengilhamkan atau menganugerahi kemampuan menghimpun, mengisap makanan dari berbagai macam buah dan bunga. Kemudian dengan bekerjanya alat yang terdapat di dalam tubuhnya dan dengan cara yang diwahyukan kepadanya oleh Tuhan, ia mengubah makanan yang sudah dihimpunnya itu menjadi madu. Madu itu mempunyai bermacam-macam warna dan rasa, akan tetapi semua corak dan jenis madu berbeda-beda dan amat berguna sekali bagi manusia.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Dipetik daripada : http://pesantren.uii.ac.id
Menyeimbangkan Akal dan Hati | | |
Thursday, 12 February 2009 | |
Dalam Manaqibnya diceritakan saat al-Syeik ‘Abd al-Qadir al-Jailani tenggelam dalam mujahadahnya kepada Tuhan, tiba-tiba muncul sinar cemerlang yang memenuhi cakrawala penglihatan. Sinar tersebut berkata: “Wahai Abd al-Qadir, Aku adalah Tuhanmu, setelah beribadah selama puluhan tahun, maka amalmu sangat banyak sehingga memehuni antara Timur dan Barat, menyesakan antara bumi dan langit, dan memberatkan timbangan mizan di akhirat. Oleh karenanya, mulai sekarang ini, Aku cukupkan ibadah kepadamu. Kamu tidak perlu beribadah lagi kepadaku, karena telah cukup amalmu”
Dalam Manaqibnya diceritakan saat al-Syeik ‘Abd al-Qadir al-Jailani tenggelam dalam mujahadahnya kepada Tuhan, tiba-tiba muncul sinar cemerlang yang memenuhi cakrawala penglihatan. Sinar tersebut berkata: “Wahai Abd al-Qadir, Aku adalah Tuhanmu, setelah beribadah selama puluhan tahun, maka amalmu sangat banyak sehingga memehuni antara Timur dan Barat, menyesakan antara bumi dan langit, dan memberatkan timbangan mizan di ak hirat. Oleh karenanya, mulai sekarang ini, Aku cukupkan ibadah kepadamu. Kamu tidak perlu beribadah lagi kepadaku, karena telah cukup amalmu”. Mendengar perintah sinar yang mengaku Tuhan seperti itu, Abd al-Qadir berfikir sejenak, benarkah ini wahyu Tuhan khusus kepadaku, benarkah Tuhan memberiku keistimewaan untuk tidak menjalankan perintahNya? Abd al-Qadir sempat ragu, antara meyakini suara Agung nan cemerlang tersebut atau menolaknya. Hatinya yang sedang dilingkupi keterharuan, kegembiraan karena “bertemu” Tuhan merasa menerima suara tersebut. Akan tetapi akal rasionya tidak menerimanya, mana mungkin Tuhan mencabut perintahNya untuk beribadah, mana mungkin ia mendapatkan keistimewaan sudah cukup dalam beribadah, sementara Muhammad Sang Nabi sendiri masih tetap diper intahkan beribadah hingga akhir hayat? Dalam kebimbangan tersebut, Abd al-Qadir memutuskan untuk memilih akalnya, ia segera ambil terompahnya dan dilemparkan pada sinar agung yang bergulung tersebut; “Pergi, engkau adalah syetan bukan Tuhan, Tuhan tidak mungkin membatalkan firmannya”. Seketika itu juga, sinar putih keperakan tersebut hilang, diiringi dengan suara yang menggema; “ Wahai Abd al-Qadir, engkau selamat dari godaannku, ketauhilah, sudah ribuan salik yang berhasil aku sesatkan dengan cara seperti ini. Engkau selamat karena menggunakan akalmu, sedangkan para salik yang geblinger tersebut karena mereka mengabaikan akalnya”. Cerita tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa akal memainkan p eran yang sangat signifikan dalam memutuskan sesuatu. Akal mampu menunjukan kebenaran, dan mencerahkan hati di saat hati diliputi oleh kebimbangan da n keraguan. Buk ankah dalam teologi Mu’tazilah tentang konsep tahsin dan taqbih akal memiliki kemampuan dasyat sehingga dapat menentukan baik dan buruknya sesuatu? Dalam cerita Abdul Qadir tersebut, akal berfungsi sebagai hidayah Tuhan yang menyelamatkan Abdul Qadir dari tipu daya syetan. Sedemikian pentingnya fungsi akal dalam beragama, sampai Nabi pernah mengatakan dalam sabdanya; al-din aql, la dina liman la aqla lah (Agama adalah manifestasi akal, maka tidak dianggap beragama bagi orang yang tidak berakal). Namun demikian, meskipun akal mampu menyelamatkan ma nusia dari kejahatan syetan, mampu “mewakili” Tuhan sebagai petunjuk bagi manusia dalam memilah antara kebaikan dan keburukan, ia tidak lantas sempurna tanpa kekurangan, sebab jika sempurna tanpa cacat, maka cukuplah Tuhan menurunkan akal sebagai pengganti Nabi dan syariat, sehingga yang ada adalah “agama aqliyyah” dan “Nabi Aqil”. Ada sesuatu yang meta-rasional yang terkadang akal tidak mampu menjangkaunya. Terlebih dari itu, seseorang yang berfikir rasionalis murni terkadang t erjebak dengan subyektivisme dan apriori. Dalam kontek inilah, maka menjadi benar kritik Imanuel Kant terhadap otentisitas akal murni (pure reason) dalam kemampuannya menentukan suatu etika (baik dan buruk). Menurut Kant, akal murni (pure reason) terlalu subyektif untuk menentukan baik buruk suatu perbuatan (etika), sehingga kepentingan menjadi ikut tercampur di sana. Terlebih lagi, ada suatu hokum dunia “Noumenal” yang tidak mampu ditembus oleh akal murni. Selanjutnya Kant mengusulkan bukan menggunakan akal murni (pure reasion) tetapi menggunakan akal transcendental, yang dalam bahasa santrinya adalah “akal ilahiyah” atau “rasio ladunni” atau “burhani-irfani”. Berkaitan dengan hidayah Tuhan dalam memilih dan memilah putusan, maka Ibn Katrir membagi hidayah menjadi lima, yaitu pertama, hidayah naluri, yaitu petunjuka tuhan yang diberikan pada manusia dan binatang, seperti rasa lapar, sakit kalo dipukul, haus dan sebagainya. Hidayah ini menempati hidayah paling bawah. Kedua, hidayah hawassi, yaitu petunjuka Tuhan melalui pancaindera, seperti kemampuan melihat, mendengar, membau, dan mengecap. Indera ini diberikan kepada hewan dan manusia. Dengan hidayah hawassi ini manusia mampu melahirkan ilmu-ilmu empirik. Ketiga, hidayah akal, yaitu petunjuk tuhan yang diberikan kepada m anusia melalui perantara akal. Akal hanya dberikan kepada manusia, tidak kepada hewan. Dalam istilah filsafat, maka ilmu-ilmu yang dilahirkan adalah bersifat rasional dan dalam istilah epetimologi Islam disebut dengan burhani. Keempat, hidayah ilham, yaitu petunjuka Tuhan yang diberikan kepada manusia dengan melalui perantara ilham atau kebeningan hati, yang dalam istilah epistemology filsafat Islam dengan irfani. Kelima, hidayah taufiq, yaitu petunjuka Tuhan paling besar untuk menggerakan hati hambaNya untuk memeluk Islam. Hidayah yang kelima ini merupakan petunjuk Tuhan terbesar, yang langsung masuk dalam relung hati seseorang guna mengucapkan kalimah syahadah. Berdasarkan beberapa macam petunjuk Tuhan tersebut, maka disamping pentingnya akal dalam menemukan suatu kebenaran, juga diperlukan ilham yang didapatkan melalui kebeningan hati. Artinya, ketajaman akal harus diimbangi dengan kecerdasan hati dalam menentukan sesuatu. Keduanya harus terus berdialog, tanpa putus, dan selalu dalam hidup ini. Hal ini karena jika salah satunya berhenti berdialog atau tidak berfungsi, maka yang terjadi adalah ketersesatan hati, dan keblingeran akal. Dalam epistemology Islam yang digagas oleh al-Jabiri, maka semangat burhani yang rasional harus dikawinkan dengan semangat irfani yang suci. Jika keduanya, yaitu akal dan hati dapat digabungkan, maka akan lahirlah Sang Syuhrawardi dan Ibn Arabi kontemporer dalam dunia ini, yaitu seseorang yang berfikir rasional, menjadi filosof, namun juga seora ng sufi, yang menciptakan kebeningan hati, seseorang yang pikirannya seluas cakrawala, dan hatinya sejembar samudra, fikirannya mampu mengembara sampai bintang tsurayya, dan hatinya tertancap di bumi menggenggam mutiara.
Wallahu a’lam bisshawab |
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Dipetik daripada:
http://mujahidinimeis.wordpress.com
I. PENGERTIAN DAN LINGKUP FILSAFAT PENGETAHUAN
1. Pengertian Etimologis
Ditinjau dari segi etimologinya, epistimologgi berasal dari kata Yunani epistema dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian, atau ulasan. Berhubungan dengan pengertian filsafat pengetahuan, lebih tepat logos diteejemahakan dalam arti teori, jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, dalam bahasa inggris dipergunakan istilah theory of knowledge.
2. Pengertian Menurut Definisi
Definisi epistemologi seperti yang dikutip ole h the Laing Gie dari The Encyclopedia of Philosophy, sebagai berikut : ” epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat yang bersangkutan dengan filsafat dasar dan ruang lingkup pengetahuan, praanggapan-praanggapan dan dasar-dasarnya serta reabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan.
Dari kutipan diatas nampak jelas bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi
a) Filsafat, yaitu sebagai cabang filsafat yang berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan
b) Metoda, sebagai metoda bertujuan mengantar manusia untuk memperoleh pengetahuan, dan
c) Sistem, sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.
3. Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusisa untuk memahami sesuatu obyek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dapat dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indra maupun lewat akal.Dapat pula obyek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan, cara memahaminya dengan komprehensi atau dapat terwujud subsistensi yang dipahami lewat persepsi.
Perlu dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya pra-ilmiah dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat pra-ilmiah adalah penget ahuan yang belum memenuhi sysarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah.
Metoda yang berifat umum yang harus dimilki oleh pengetahuan ilmiah adalah :
- Metoda deduksi ( penyimpulan dari umum ke yang khusus )
- Metoda induksi ( penyimpulan dari yang khusus ke yang umum)
- b. Definisi Ilmu
Menurut The Liang Gie men gutip Paul Fredman daari buku The Princiles of Scientific Research memberi batasan ilmu pengetahuan sebagai berikut :
” Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman yang senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri”.
- c. Ilmu dan Pengetahuan
Bung Hatta, beliau memperlihatkan perbedaan anatara ilmu dengan pengetahuan sebagai berikut :
” pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut ’ pengetahuan pengalaman’. Atau ringkasnya ’pengetahuan’. Pengetahuan yang didapat dari jalan keterangan disebut ilmu. Bahwasanya pengetahuan saja bukan ilmu, dapat kita persaksikan pada binatang yang juga mempunyai penget ahuan. Misalnya anjing. Dari gerak tangan tuannya atau dari keras atau lemah lembut suara tuannya itu, anjing tahu apa yang dimaksud tuannya terhadap dia. Tiap-tiap ilmu mesti bersendi kepada pengetahuan. Pengetahuan adalah tangga yang pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut.”
Dari keterangan diatas, dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat sistematiknya dan cara memperolehnya.perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan pra ilmiah atau pengetahuan ilmiah, sedangkan pengetahuan ilmiah degan ilmu tidak mempunyai perbedaaan yang berarti.
d. Definisi Kebenaran
Menurut harold D. Titus yang dikutip oleh Endang Saifuddin Anshari, sebagai berikut :
” Kebenaran adalah sesutu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberikan interprestasi”.
Dari pendapat diatas mengenai kebenaran maka bisa diambil kesimpulan bahwa kebenaran dalam pengetahuan adalah kesesusian antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahuinya
II. FILSAFAT PENGETAHUAN ISLAM
1. Pengertian Filsafat Pengetahuan Islam
Untuk mendapat pengertian yang tepat mengenai Filsafat Pengetahuan Islam maka kita harus menggunakan beberapa pendekatan yang tepat. Dua macam pendekatan yang digunakan disini adalah
- Genetivus subyektivus yaitu yang menempatkan Islam sebagai subyek ( suby ek disini dijadikan titik tolak berpikir). Dari titik tolak ini Filsafat Pengetahuan akan dijadikan sebagai bahan kajian.
- Pendekatan yang kedua, secara genetivus obyektivus, yaitu menempatkan Filsafat Pengetahuan sebagai subyek ( sebagai titik tolak berpikir ) yang membicarakan Islam sebagai obyek kajian.
Dengan demikian Filsafat Pengetahuan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut : Filsafat Pengetahuan Islam adalah usaha manusia untuk menelaah masalah-masalah obyektuivitas. Metodelogi, sumber serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan menggunakn subyek Islam sebagi tolak berpikir.
Rumusan sederhana diatas membawa konsekuensi bahwa Filsafat Pengetahuan Islam membahas masalah-masalah yang juga dibahas epistemologi pada umumnya. Kenyataan ini disatu pihak dapat diterima, dalam arti global, Filsafat Pengetahuan Islam membahas masalah-masalah epistemologi pada umumnya. Tetapi dilain pihak, dalam arti khusus, Filsafat Pengetahuan Islam menyangkut pembicaraan mengenai wahyu dan ilham sebagai sumber pengetahuan dalam Islam. Sumber yang dimaksudkan perlu dijelaskan sebagai berikut : wahyu merupakan sumber pertama (primer) bagi Nabi / rasul untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan bagi manusia wahyu merupakan sumber sekunder. Ilham dapat menjadi sumber primer pengetahuan manusia karena dapat diterima oleh setiap m anusia yang diberi anugerah Allah.
2. Kedudukan Filsafat Islam
Dalam tulisan yang berjudul ” Epistemologi di dalam Islam” yang dimuat dalam surat kabar Salemba terbitan juli 1979 S.I poeradisastra menulis antara lain Epistemologi dalam Islam berjalan dari tingkat-tingkat :
- Perenungan tentang sunnatullah sebagaimana yang dianjurkan dalam al Qur’an
- Penginderaan
- Pencerapan
- Penyajian
- Konsep
- Timbangan
- Penalaran
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa epistemologi dalam Islam tidak terpusat kedalam manusia yang menganggap manusia sendiri sebagai mahluk mandiri dan menentukan segala-galanya, melainkan berpusat kepada Allah swt. Sehingga berhasil atau tidaknya tergantung seettiap usaha manusia, kepada iradat Allah swt.
Setelah mengetengahkan unsur-unsur filsafat pengetahuan Islam, maka dapat dilihat beberapa perbedaannya dengan epistemologi pada umumnya. Pada garis besarnya, perbedaan itu terletak pada masalah yang bersangkutan dengan sumber pengetahuan dalam Islam yakni wahyu dan ilham; sedangkan masalah kebenaran epistemologi pada umumnya menganggap kebenaran hanya berpusat pada manusia sebagai mahluk mandiri yang menentukan kebenaran. Menurut pendapat penulis Epistemologi Islam juga membicarakan mengenai pandangan pemikir Islam tentang pengetahuan dimana manusia tidak lain hanyalah khalifah Allah, sebagai mahluk pencari kebenaran. Sebagai mahluk pencari kebenaran, manusia tergantung kepada Allah sebagai pemberi kebenaran .
3. Pengetahuan dalam Al Qur’an
Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat tentang berbagai macam sumber pengetahuan; manusia dan alam sendiri merupakan sumber pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Di samping itu Tuhan sendiri merupakan sumber pengetahuan melalui wahyu dan ilhamNya.
Pengetahuan didalam Al Qur’an yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang terdapat di dalam kitab suci Al Qur’an. Kitab suci Al Qur’an mengandung mutiara-mutiara pengetahuan yang tidak terhingga jumlahnya.
Dalam hubungannya dengan pengetahuan yang terd apat dalam Islam, para pemikir Islam memberi empat klasifikasi pengetahuan yang terdapat dalam Islam sebagai berikut :
- Pengetahuan bahasa Arab
- Pengetahuan syari’at
- Pengetahuan sejarah
- Pengetahuan hikmah ( filsafat )
a. Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an dapat ditinjau dari pengertian bahasanya, maupun dari sudut definisinya. Dari sudut bahasa, Al Qur’an berasal dari kata qara’a yang berarti bacaan. Dalam Al Qur’an sendiri jelas disebutkan dalam suarat Al Qiyamah ayat 17-18 :
Artinya ” sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an ( di dalam dadamu ) dan ( menetapkan ) bacaannya ( pada lidahmu ) itu adalh tanggungan kami, 9karrena itu) jika kami telah membacanya, hendakalh kamu ikuti bacaanya ”.
Kemudian kalau ditinjau dari segi definisinya : Al Qur’an adalah Kalam Allah swt. Yang merupakan mu’jizat yang diturunkan ( diwahyukan ) kepada Nabi Muhammad saw., bahwa membacanya adalah ibadah.
Fungsi utama Al Qur’an adalah sebagai petunjuk dan pedoman serta pegangan. Pegangan yang mencakup segala pokok untuk hidup dan kehidupan manusia; petunjuk dan pedoman yang membawa manusia kearah yang benar. Al Qur’an diturunkan untuk seluruh ummat manusia yang menghuni planet bumi ini, dengan demikian apa yang terkandung di dalam Al Qur’an sifatnya universal.
Sehubungan dengan pengetahuan, masalah yang sering dipertanyakan, apakah Al Qur’an mengandung nilai-nilai ilmiah, apakah Al Qur’an tidak bertentangan dengan akal, dan lebih khusus lagi, apakah Al Qur’an tidak b ertentangan dengan masalah filsafat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebaiknya ditempuh dua cara pendekatan yaitu :
- Pendekatan yang pertama menggunakan tolak ukur sifat-sifat ilmiah. I.R. Poedjawijatna dalam buku Tahu dan Pengetahuan. Pada dasarnya menyebutkan empat pokok syarat ilmiah, antara lain :
- Memiliki obyek tertentu
- Memiliki Metoda.
- Sistem
- Universal
- Pendekatan kedua, dapat dilakukan demgan melihat isi Al Qur’an itu sendiri. dalam pengetahuan. Ada tiga pertanyaan ilmiah, masing –masing adalah sebagai berikut :
- ”Bagaimana?” jawaban pertanyaan ini biasa disebut deskriptif, artinya jawaban yang berbentuk uraian yang menjelaskan seperti apa adanya.
- Pertanyaan yang kedua adalah ” mengapa ?” jawaban bersifat kausalitas, umpamanya, ”mengapa besi akan memuai bila dipanaskan?” sifat kausalitas ini banyak didapat dalam ayat-ayat Al Qur’an.
- Pertanyaan yang ketiga adalah ” kemana?” jawaban pertanyaan ini bersifat normatif. Al Qur’an mengandung norma-norma yang bahkan universal sifatnya.
b. Pengetahuan Yang Terdapat Dalam Al Qur’an
berikut ini akan diperlihatkan beberapa ayat yang berhubungan dengan berbagai disiplin pengetahuan, sebagai berikut :
1. Ayat Ayat yang berhubungan denga pengetahuan alam
Artinya : ”Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan kami Telah melunakkan besi untuknya,” ( Q.S. As Saba : 10 )
2. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pengetahuan geografi
Artinya : ”Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[1][30], padahal kamu Mengetahui.” ( Q.S. Al Baqarah : 22 )
3. Ayat-ayat yang berhu bungan dengan pengetahuan kesehatan
Artinya : ”(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[2], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.” ( Q.S. Al Baqarah : 184 )
4. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pengetahuan sejarah
Artinya : ”Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka Tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka Tidakkah kamu memikirkannya?” ( Q. S. Yusuf : 109 )
5. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pengetahuan matematika
Artinya : ”Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu Telah kami terangkan dengan jelas.” ( Q.S. Al Isra’ : 12 )
6. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ekonomi
Artinya : ”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.” ( Q.S. Al Baqarah : 29 )
III. PENGETAHUAN WAHYU DAN ILHAM
1. Pengetahuan Wahyu
Dai segi bahasa, arti wahyu dapat dipetik dari buku Akal dan Wahyu dalam Islam karan gan Prof. Haarun Nasution, yang menyatakan : ” wahyu berasal dari kata Arab al wahy, dan al wahyadalah kata asli bahasa Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api, dan kecepatan”.
Dari sebuah catatan M. Hashem dalam buku Islam Agama Rasionil, penulis memberi makna wahyu sebagai berikut : ” wahyu berasal dari bahasa Arab yang sebenarnya berarti memberi sugesti, memasukkan sesuatau kedalam pikiran.
Keterangan mengenai wahyu diatas memberi pengertian ke pada kita bahwa pada pokok wahyu adalah firman Allah sedangkan isi wahyu adalah berupa pengetahuan yang diturunkan oleh Allah kepada manusia yang telah ditunjuk atau telah dipilih sendiri oleh Allah, dalam hal ini Nabi atau rasul.
2. Pengetahuan Ilham
a. Pengertian Ilham
Dalam logat kecil Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta ilham diartikan sebagai ” bisikan (petunjuk) yang datang dalam hati”.
Istilah ilham sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya bisikan atau inspirasi.
Mehdi Khorasani dan A.F.B. Beines-Heweit dalam buku Islam, The Rational Religion merumuskan pengertian ilham sebagi berikut ” Istilah bahasa Arab untuk ’inspirasi’ ialah ilham, dan hendakalh diingat bahwa ilham dalam bahasa arab boleh juga berarti ’naluri hewan’ maupu ’in pirasi’.
b. Pengertian Inspirasi dan Insting (naluri)
I.R. poerwawijatna dalam buku Manusia dengan Alamnya menyatakan terdapat beberapa unsur dalam insting yaitu
” Dalam insting itu tindakan-tindakan lebih kompleks lagi. Tindakan-tindakan itu tak perlu dipelajari, tetapi toh b erarti dan menuju sesuatu, seperti tindakan-tindakan dalam perburuan ( baik pada binatang dan manusia), makan, pengasuhan anak, pembuatan sarang dan rumah. Naluri ini juga dapat menyesuaikan dirinya tanpa sadar dengan keadan baru atau lain. Justru oleh karena ini bukan pelajaran yang sebenarnya, tindakan naluri ini beralihnya dari suatu yang biasa kepada yang luar biasa memerlukan pengaruh yang hebat”.
Oleh beberapa ahli insting dibagi menjadi empat macam yaitu
- Insting Egocentros ( mementingkan diri sendiri )
- Insting polemos ( berjuang, berkelahi)
- Insting Eros ( berkelamin)
- Insting Religios ( berbakti kepad Tuhan )
IV. JALAN MEMPEROLEH PENGETAHUAN
1. Pengetahuan Lewat Akal
Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal manusia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al Qur’an. Pengetahuanlewat akal disebut pengetahuan aqli, lawannya adalah pengetahuan naqli. Aktivitas akal disebut berpikir. Berpikir merupakan ciri khas yang dimiliki oleh manusia sebagai mahluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah perkembngan ide dan konsep.
Para filsuf Islam membagi akal menjadi dua jenis, yakni :
- Akal praktis ( amilah) yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada pada jiwa akal.
- Akal teoritis ( alimah ) yang menagkap arti-arti murni yaitu arti-arti yang tak p ernah ada dalam materi, seperti Tuhan, Roh, dan Malaikat.
Akal teoritis memilki tingkat-tingkat sebagai berikut :
- Akal material
- Akal bakat .
- Akal aktual
- Akal perolehan
Aktivitas akal-akal tersebut diatas dapat dijelaskan secara singkat : akal materia l semata-mata berupa potensi, hanya mampu menagkap sesuatu dari luar jika mendapat rangsangan. Akal bakat adalah akal yang telah mampu menagkap hal-hal yang bersifat abstrak; akal ini memerlukan abstraksi. Akal fi’l merupakan wadah untuk menyimpan pengertian ( hasil abstraksi ), kemudian diteruskan kepada akal mustafad menjadi pengertian sebenarnya.
2. Pengetahuan Indera
Pengetahuan indera adalah segala pengetahuan yang dapat diperoleh manusia lewat kelima inderanya (panca indera ) yakni mata, hidung, perasaan (Kulit), telinga dan lidah. Pengetahuan indera disebut pengetahuan inderawi (naqli) atau penge tahuan empiris.
Dalam pandangan Islam, indera manusia terdiri dari indra luar (pancaindra) dan indra dalam. Indra dalam maupun indra luar mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Harun Nasution menjelaskan sebagai berikut :
- Indra bersama
- Indra penggambar
- Indra pengreka
- Indra Penganggap
- indra pengingat.
Proses aktivitas penginderaan dalam tersebut kiranaya dapat dirumusakn secara singkat sebagai berikut : indra bersama menerima masukan (input), kemudian di proses ( konversi ) oleh ketiga indra lainnya untuk dikeluarkan menjadi output ( pengertian ) oleh indra pengingat.
V. PANDANGAN FILSUF ISLAM MENGENAI FILSAFAT PENGETAHUAN
AL KINDI
Pandangan Filsafat Al Kindi
Al Kindi mencoba mempertemukan antara agama ( Islam ) dengan pengetahuan ( fisafat ), sehingga tidak bertentangan antara satu dengan yang lain. Al Kindi menolak pandangan ulama tang menyatakan ,” kemahiran pengetahuan adaalah kufur ”.
Corak pemikiran Al Kindi adalah rasionalis. Ia berusaha menyelami kegiatan akal untuk memperoleh kebenaran. Al Kindi menyatakan bahwa antara jiwa dan raga, satu dengan yang lain berbeda tapi saling berhubungan dan saling memberi bimbingan. Bimbingan itu dibutuhkan manusia agar manuisia itu lebih serasi dan seimbang. Ketidakseimbangan akan terjadi apabila salah satu dari unsur ini berkuasa. Umpamanya, jika rasa yang berkuasa, manusia akaan dikuasai oleh hawa nafsunya. Untuk mencapai keseimbangan, manusia memerlukan tuntunan. Yang menuntun adaalh iman dan wahyu. Walaupun Al Kindi penganut rasionalitas dalam arti umum, tetapi dia tidak mendewakan akal.
Epistimologi Al Kindi
Pandangan Al Kindi terhadap Epistemologi nampaknya dapat dilihat dari pandangannya melalui filsafat. Filsafat dirumuskan Al Kindi sebagai berikut, ” Filsafat adalah ilmu tentang hakekat ( kebenaran ) sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu KeTuhanan, Ilmu Keesaan ( wahdaniyah ), ilmu keutamaan ( fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan”.
Thonmas Michael menyimpulkan isi filasafat Al Kindi yaitu
- Ilmu pengetahuan realiitas yang meliputi : teologi ( al rububiyah ), ontologi, dan akhlak serta ilmu-ilmu yang berguna lainnya;
- Wahyu nabawi dan kebenaran filosofis selalu sesuai
- Pencarian ilmu telah diperintahkan oleh Allah swt.
Argumen –argumen yang dibawa oleh Al Qur’an lebih menyakinkan daripada argumen filasafat. Kedua pengetahuan ini antara satu dengan yang lain tidak bertentangan, hanya dasar dan argumentasinya yang berbeda. Pengetahuan filasfat adalah pengetahuan yang berda sarkan akal, sedangkan pengetahuan Al Qur’an adalah pengetahuan yang berasal dari wahyu.
AL FARABI
Filsafat Farabi
Filsafat bagi Al Farabi adalah ” ilmu yang menyelidiki hakekat sebenarnya dari segala yang ada ini”. Dari rumusan diatas, dapat kita simpulkan, bahwa menurut Al Farabi fisafat itu adalah ilmu yang tujuannya mencari hakekat kebenaran segala sesuatu yang ada. Dengan kata lain, filasafat mempunyai obyek penyelidikan segala yang ada ( obyek material ) dengan tujuan untuk mencari hakekat obyek material tersebut ( obyek formal ).
Epistimologi Al Farabi
Berbicara mengenai Epistimologi Al Farabi, nampaknya banyak berkaitan dengan logika. Al Farabi memberi tujuh klasifikasi pengetahuan yaitu sebagai berikut; logika, percakapan, fisika, metafisika, politik, dan fiqih. Dari klasifikasi diatas, kelihatannya bagi Al Farabi logika paling erat hubungannya dengan metafisika. Logika bukan satu-satunya jalan memperoleh pengetahuan, tetapi lebih bersifat alat dan bukan pula jalan untuk mencapai kebenaran.
Menurut Al Farabi ,” logika adalah ilmu tentang peraturan ( pedoman ) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan kepada kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
Menurut Al Farabi bahwa tujuan filsafat itu memikirkan kebenaran. Dan oleh karena kebenaran itu hanyalah satu, satu macam dan serupa hakekatnya, mak semua filasafat itu pada prinsipnya tidak ada perbedaan.
Pembagian Akal
Menurut Al Farabi akal itu berjumlah sepuluh. Dasar penetapan itu adalah mengingat jumlah planet yang berjumlah sembilan. Tiap akal membutuhkan satu planet, kecuali akal yang pertama yang tidak membutuhkan planet
IBNU SINA
Filasafat Ibnu Sina
Pemikiran filsafat Ibnu Sina bersifat rasional. Ibnu Sina dalam berfilsafat berusaha mensintesakan antara ajaran filasafat Aristoteles dengan Neo Platonisme. Bagi Ibnu Sina, filsafat tidak lain adalah pengetahuan mengenai segala sesuatu ( benda ) sejauh mana kebenaran obyek itu dapat dijangkau oleh akal manusia.
Ibnu Sina melihat akal dari dua arah, pertama dari segi teoritisnya dan yang kedua dari segi praktisnya. Yang teoritis, terbagi atas ilmu-ilmu fisika, matematika, dan metaphisika, sedangkan yang praktis disebutkannya dengan politik dan etika.
Epistimologi Ibnu Sina
A. Analisa Jalan Tengah
Yang paling erat hubungannya dengan epistimologi dalam filsafat Ibnu Sina adalah masalah logika. Bagaimana kedudukan logika dalam filasat, telah lama menjadi persengketaan antara para filsuf, seolah-olah tidak ada penyelesainnya. Melihat keadan ini Ibnu Sina mencoba mencari penyelesaiyannya dengan memakai istilah analisa jalan tegah. Hasil analisa jalan tengah ini adalah ” barang siapa yang memandang filsafat sebagai pelajaran teori dari sudut pandang secara keseluruhannya, akan menganggap, bahwa logika itu menjadi bagian filsafat dan menjadi alat bagiannya.”
B. Metoda
Dalam berfilsafat Ibnu Sina menggunakan beberapa metoda yakni menggunakan metoda deduksi maupun metoda induksi. Mengenai metoda induksi, ia mempergunakan tanda yaitu sebab adanya dan tanda akibatnya. Disamping metoda induksi, ia mempergunakan pula metoda meditasi yaitu metoda yang menyelidiki keadaan yang didalamnya diperoleh hakekat.
AL RAZI
Nama lengkapnya adalah Muhammad Bakar bin Zakaria Al Razi. Al Razi memiliki cara berpikir dan berpendapat yang berbeda dengan filsuf-filsuf Islam lainnya. Perbedaaan yang paling ekstrim adalah tidak mengakui adanya wahyu. Karena itu ia digolongkan kedalam kelompok orang-orang atheis.Ajaran filsafat Al Razi yang terkenal adalah ajaran Lima yang Kekal, masing masing yaitu
- Materi, merupakan apa yang ditangkap dengan panca indera tentang benda itu
- Ruang, karena materi mengambil tempatnya
- Waktu, karena materi berubah-ubah keadaannya
- Diantara benda-benda ada yang hidup, karena itu perlu ada roh
- Semua ini perlu Pencipta Yang Maha Bijaksan Lagi Maha Tahu
karena masih mengakui adanya Yang Maha Bijaksana maka Al Razi tidak dapat dikatakan sebagai atheis tetapi seorang monotheis yang percaya adanyan Tuhan. Corak pemikiran Al Razi adalah rasionalis eklektis. Rasioanalis artinya ia selalu mencari kebenaran dengan pangkal tolak kekuatan akal, dan eklektis asrtinya selektif. Mengikuti corak berpikir demikia inin, jelsaslah bahwa Al Razi secara implisit mengakui keterbatasan akal. Akal hanya dijadikan pangkal tolak untuk mengetahui segala sesuatu, termasuk untuk mengetahu adanya Tuhan.
5. IBNU BAJJAH
Epistemologi Ibnu Bajjah
a. Perbedaan Manusia dengan Hewan
Menurut Ibnu Bajjah, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan terletak pada akal yang dimiliki manusia. Dengan sifat akali ini manusia dapat menjadiakn dirinya sebagai mahluk yang melebihi hewan, sebab dari akal manusia dapat memperoleh pengetahuan.
b. Kebenaran
Menurut Ibnu Bajjah, untuk memperoleh kebenaran, manusia harus melalui kebenaran itu sendiri. untuk sampai ketingkat itu, alatnya adalah filasafat murni. Dengan filasafat murni manusia dapat membersihkan hatinya dari pengaruh-pengaruh luar. Hal ini dapat dilakukannya dengan mengasingkan diri.
c. Metoda
Pemikiran Ibnu Bajjah merupakan perpaduan antara perasaan dengan akal. Dalam masalah pengetahuan fakta, dia mempergunakan metoda rasional empiris, tetapi mengenai kebenaran Tuahn dia mempergunakan filsafat. Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh manusia apabila manusia itu menyendiri. Metoda ini disebut dengan metoda kesendirian.
AL GHAZALI
Epistimologi Al Ghazali
a. Klasifikasi Pencari Kebenaran
Dalam usaha manusia untuk mencapai kebenaran, menurut Al Ghazali terdapat empat kelompok manusia pencari kebenaran; masing-masing kelompok memilki ciri khas sendiri-sendiri. keempat kelompok itu adalah
- Kelompok Muttakalimun ( ahli teologi ) yaitu yang mengaku bahwa dirinya sebagai eksponen intelektual
- Kelompok bathiniyah yang terdiri dari para pengajar yang mempunyai wewenang ( ta’lim ) menyatakan bahwa hanya merekalah yang yang mendapat kebenaran yang datang dari seorang guru yang memilki pribadi yang sempurna dan tersembunyi.
- Kelompok filsuf ( ahli pikir ) yang menyatakan diri sebagai kelompok logikus.
- Kelompok sufi, yang menyatakan bahwa hanya mereka yang dapat mencapai tingkat kebenaran dengan Allah melalui penglihatan serta pengertian secara bathiniyah.
b. Masalah Metoda
Metoda-metoda yang digunakan oleh kelompok-kelompok diatas adalah sebagai berikut :
- Kelompok mutakallimun mempergunakan metoda debat untuk memperoleh pengetahuan
- Kelompok bathiniyah mempergunkan metoda yang disebut ta’lum yaitu metoda yang berpangkal tolak bahwa suatu kebenaran dapat diterima bila berasal dari seseorang yang dapat dipercaya yang disebut guru.
- Kelompok logikus, semata-mata mendasarkan kebenaran itu pada penalaran akal. Suatu masalah dianggap benar apabila logis diterima oleh akal.
- Kelompok sufi atau mistikus, dan metoda yang dipergunakan adalah kontemplasi ( perenungan ).
c. Akal dan wahyu
Menurut Al Ghazali kecerdasan akal adalah merupakan satu tingkatan dari perkembangan manusia dimana ia diperlengkapi dengan mata untuk dapat melihat berbagai macam bentuk sesuatu yang dapat ma’kul ( difahamkan ), yang berada disamping akal pengetahuan.
Menurut Al Ghazali pengetahuan yang diperoleh di dalam kebangkitan disebut ilham. Tetapi ilham bukan merupakan wahyu atau kenabian. Dari sini nampak jelas bahwa Al Ghazali membedakan antara wahyu dan ilham, disamping mengklasifikasi ilmu kedalam jenis pengetahuan laduny : Ilmu Laduny adalah ilmu yang menjadi terbuka dalam rahasia hati tanpa sebab datang dari luar. Selain pengetahuan di dapat dengan wahyu dan ilham, pengetahuan juga bissa diperoleh dengan cara antara lain :
- Mukasyafah yaitu pengetahuan ini berdasarkan keyakinan
- Muamalah yaitu pengetahuan yang diperoleh lewat kata-kata atau berhubungan dengan kata-kata
Fungsi pengetahuan menurut Al Ghazali :
- Mencapai kemajauan untuk mendapatkan pemenuhan diri
- Merupakan suatau cara yang proggresif untuk mengetahui Allah swt.
IBNU THUFAIL
Nama yang sebenarnya adalah Abu bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail. Ajaran pokok Ibnu Thufail, empat diantaranya antara lain sebagai berikut : yang pertama urutan-urutan tangga ma’rifah ( pengetahuan ) yang ditempuh oleh akal; yang kedua akal manusia kadang-kadang mengalami ketumpulan dan ketidakmmapuan dalam mengemukakan dalil-dalil pikiran, yaitu ketika hendak menggambarkan keazalain mutlak, ketidak akhiran jaman, qadim, dll.; yang ketiga manusia dengan akalnya sanggup mengetahui dasar-dasar keutamaan dan dasr-dasar akhlak yang bersifat amali dan kemasyarakatan.; dan yang keempat apa yang diperintahkan syari’at Islam dan apa yang diketahui oleh akal yang sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan, dan keindahan dapat bertemu kedua-duanya dalam satu titik tanpa diperlisihkan lagi.
Dalam filsafat Ibnu Thufail menggunakan beberapa metoda yaitu pada tahap pertama menggunkan metoda empiris dalam cara berpikirnya, tahap kedua dia menggunakan metoda rasional
IBNU AL ARABI
Corak berpikir Ibnu Al Arabi sofistik, tetapi menafsirkan pengetahuan berdasar dengan interprestasinya sendiri. menurut Ibnu Al Arabi mistik itu diperoleh lewat pengalamn ( rasa ) dan pengetahuan aqli itu diperoleh lewat akal. Perpaduan pengetahuan itu merupakan bentuk pengetahuan yang paling tinggi nilainya. Kebenaran itu sendiri menurut Ibnu Al Arabi sebagai ma’rifah dan tujuan mistiknya tidak lain adalah menuju kepada keesaan Tuhan. Karena itu kebenaran pengetahuan mistik disebut ma’rifah.
Metoda yang digunakan oleh Ibnu Al Arabi adalah inspirasi atau contemplation ). Inspirasi yang dimaksud adalah ilham yang datang dari Tuhan; dimana manusia dapat memperoleh gambaran yang terkandung dalam ilham tersebut. Pengetahuan ini ( ilham ) diperoleh manusia tidak harus dipelajari terlebih dahulu, namun kebenarannya tidak diragukan lagi.
IBNU KHALDUN
Pandangan Ibnu Khaldun mengenai pengetahuan
Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan menjadi dua macam yaitu :
- Ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faedah yang sebenarnya, dari ilmu itu sendiri, seperti ilmu –ilmu agama, ilmu alam, dan sebagian dai filsafat yang berhubungan dengan Ketuhanan
- Ilmu yang merupakan alat yang mempergunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan jenis pertama itu, seperrti ilmu tata bahasa Arab, ilmu hitung, dan ilmu-ilmu lain untuk mempelajari agama, dan logika untuk mempelajari filsafat..
Menurut Ibnu Khaldun, pengertian adalah suatu gambaran yang berbentuk ingatan. Dari pengertian diperoleh penyimpulan, pada gilirannya penyimpulan memperoleh pengetahuan mengenai esensi.
IBNU RUSHD
Hubungan Antara Agama dengan Filsafat
Ibnu Rushd membantah anggapan yang menyatakan bahwa agama bertentangan dengan filsafat. Mereka yang menyatakan bahwa agama bertentangan dengan filsafat adalah bagi mereka yang tidak memilki metoda untuk mempertemukan keduanya. Untuk mempertemukan keduanya dibutuhkan alat; alat itu adalah pikiran..
Metoda Ibnu Rushd
Seperti diketahui, terdapat dua methoda umum, pertama adalah metoda deduksi dan metoda induksi. Namun Ibnu Rushd mempergunKn metoda khusus yang disebut metoda demonstrant, metoda inayah ( perhatian ) dan metoda ikhtira ( penciptaan ).metoda pertama digunakan dalam memecahkan masalah-masalah filsafat, sedangkan metoda yang kedua dan ketiga digunakan khusus dalam pembahasan ilmu kalam.
[1]ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya
[2] maksudnya memberi makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari
Dipetik daripada : http://www.margaluyu-pusat-net/inting.htm
I N S T I N G
Disadari atau tidak, harta bawaan yang diberikan Allah SWT semenjak diri kita bernafas untuk pertama kali adalah Insting alias naluri. Berbekal harta bawaan inilah kita berjalan mengarungi Indah dan kejamnya samudra luas yang dinamakan kehidupan. Sebagai pemberian Allah SWT, Insting selalu bersifat suci dalam artian tidak mau dikotori.
Kalau kita mau menengok kedalam sini, dan berusaha usaha mengenali insting, maka kita faham bahwa insting utama dari manusia adalah beladiri. Kalau kita bicara beladiri maka assumsi yang menjalar di pikiran kita adalah suatu bentuk kasar berupa gerakan2 beladiri seperti Silat, karate atau aneka jenis bentuk beladiri yang bersifat maskulin.
Tidaklah terlalu selalu salah, jika gambaran semacam itu menguasai pikiran, karena memang kita mungkin hanya menerima informasi yang sangat minimal, bahwa insting manusia adalah beladiri.
Pada hakekatnya insting akan muncul karena perasaan takut. Tidak ada satu manusiapun dimuka bumi yang tidak punya rasa takut. Meski sesorang akan sangat marah jika dibilang takut atau dibilang pengecut. Insting yang duduk pada RASA, selalu memberitakan perasaan takut. Hal inisudah menjadi gelar yang nyata, bahwa manusia sebenarnya sangat takut dengan rasa sakit dan lapar. Tidak satupun manusia yang ingin kelaparan, tidak satu manusia yang ingin sakit atau disakiti.
Entah berapa banyak cost yang dikeluarkan hanya untuk menghindari dua speisis yang bernama sakit dan lapar.
Dari usia dini, orang tua kita memberikan pendidikan yang tujuanya agar kelak diri kita dapat membela diri dari serangan kelaparan atau sakit. Entah sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk maksud tersebut.
Contoh nyata yang bisa kita petik, mengapa kita perlu konsul ke dokter kalau dirasakan terjadi gangguan kesehatan. Tentu karena kita membela diri kita agar rasa sakit, atau rasa tidak nyaman tidak hadir berkepanjangan bertengger di badan kita.
Mengapa kita harus sekolah sampai setuntas mungkin. Hasil dari sekolah kelak digunakan untuk bekerja agar kita sanggup minimalnya memelihara diri untuk beladiri agar kita tidak kelaparan. Jelas apapun aktivitas kita selama ini, intinya adalah beladiri yang dipicu oleh harta bawaan yang kita bawa sejak lahir, yaitu Insting yang lebih focus pada beladiri.
Kalau saja kita paham bahwa insting manusia adalah beladiri, maka uraian diatas Insya Allah mampu menghapus gambaran keras dan kasar bahwa pengertian beladiri akan menjadi sangat lembut. Apalagi pada saat sekarang masih menjadi assumsi ilmu2 beladiri seperti silat masih mendapat cap ilmu kampungan dan atau ada banyak jenis ilmu beladiri diangpap sekarang ilmu yang penuh kekerasan.
Dalam hal bergeraknya insting sesuai dengan usia kedewasaan, maka gerak insting akan terbelah dua, yang membuat kita menjadi Intovert (tertutup) dan atau extrovert (terbuka). Kedua kejadian bukanlah pilihan. Satu diantara dua kejadian ini dipastikan dominan ada didalam diri kita, yang ditentukan oleh evolusi kesadaran dan kadar emisonal setiap orang dalam membela diri.
Kalau ditanya anda pilih yang mana ? Maka anda tidak bisa menjawab dengan pasti karena kedua kejadian intovert atau extrovert bukanlah suatu pilihan.
Yang perlu kita pahami adalah seberapa jauh kita menyadari kadar intovert dan kadar extrovert menguasai diri kita. Sebagai gambaran kalau kadar intovert diri kita lebih dominanmaka kita akan menjadi manusia yang penuh misteri.
Didalam diri ini sebenarnya ada 4 ruang yakni:
Ruang Pertama adalah Ruang AKU TAHU, ORANG LAIN TAHU.
Ruang kedua adalah ruang AKU TAHU, ORANG LAIN TIDAK TAHU.
Ruang ketiga adalah ruang AKU TIDAK TAHU. ORANG LAIN TAHU.
Ruang ketiga adalah ruang AKU TIDAK TAHU. ORANG LAIN TIDAK TAHU.
>Kita ambil contoh sederhana saja seperti uraian dibawah ini, guna mendapat gambaran yang lebih jelas.
Misal kalau kita menyimpan rahasia, dimana biasanya rahasia terdiri dari speises negatip berupa kebobrokan moral. Maka Kebobrokan moral akan menempati ruang kedua AKU TAHU ORANG LAIN TIDAK TAHU. Bentuk kebobrokan moral seperti apa sih yang disimpan di ruang kedua itu ? Yah tidak jauh dari kelamnya masa lalu, perselingkuhan, pacaran dengan suami orang lain, pacaran dengan istri orang lain, pernah membunuh orang lain, janji palsu dan banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu.
Sejalan dengan waktu, ruang kedua AKU TAHU ORANG LAIN TIDAK TAHU akan menjadi penuh. Tak bisa lagi menampung. Maka akan meluber kedalam ruang pertama AKU TAHU ORANG LAIN TAHU. Kalau rahasia sudah meluber mengisi ruang pertama AKU TAHU ORANG LAIN TAHU, maka dengan waktu yang singkat semua rahasia keboborokan moral yang disimpan rapi akan terbongkar. Terbongkarnya rahasia bukanlah disebabkan oleh faktor extern. Tetapi merupakan dorongan energi Insting yang didalam diri kita sendiri, menggetarkan orang lain, untuk bebas dari berbagai bentuk kekotoran perilaku pribadi kita. Maka diluar kewajaran jika rahasia diri terbuka kemudian menuding orang lain bersalah. Kita harus memahami Insting memiliki energi kuat yang bisa menggetarkan orang lain, dan Insting yang ada didalam diri kita, berusaha menembus sumbatan sumbatan moral yang ditutup oleh nafsu.
Kajian contoh diatas, adalah merupakan peristiwa biasa yang masuk logika setiap orang. Kalau kita mau mengkaji lebih dalam lagi dengan kajian “human engineering”. Kesemua ini berangkat dari Insting manusia sebagai Harta bawaan hadiah Allah SWT.
Insting hadiah Allah SWT adalah suci. Insting tidak mau dikotori oleh perilaku raga yang kotor menyimpang dari Hukum Allah. Oleh karena itu berterima kasihlah kepada Insting yang selalu setia membela diri kita tanpa pamrih, tanpa menginginkan imbalan. Insting Hanya memerlukan perjalanan hidup yang baik dari raga kita. Agar diri kita dapat menciptakan sejarah hidup yang baik
Dipetik daripada : http://sebelum-mata-terlena.blogspot.com
Kelopak mata bergerak-gerak sejak dua minggu yang lalu. Pelbagai pendapat orang tua dahulu berkenaan perkara ini. Orang tua-tua kata itu tandanya akan ada berita suka atau duka akan menyusul, misalnya orang nak mati. kalau yang bergerak itu kelopak mata kanan, ada saudara sebelah ayah yang meninggal, kalau sebelah kiri , ada sedara sebelah mak pulak yang meninggal.Hii.risau mendengarnya. Tapi itu kata orang tua-tua la. Bagi memahami situasi ini kita lihat pemahaman saintifik, agama dan juga kajian ilmiah yang lain.
Bagi pemahaman Saintifik.
Terdapat beberapa info yang menarik . Nama saintifik untuk penyakit ini adalah "myokymia". Mengikut kata-kata pakar masalah ini adalah akibat pergerakan otot di bahagian kelopak mata atas dan kadang-kadang di bahagian kelopak mata bawah bawah . Ia amat berkait rapat dengan stress , fatigue, kurang tidur dan overdose minum kopi. Ada pula orang kata , simptom ni sebab kurang vitamin . Mungkin juga tapi setakat ni effect sebab simptom ni tak teruk sangat kecuali menyusahkan pasal mata asyik bergerak jer. Aku tak minum kopi sangat, kalau minumpun Kopi Radix. Satu keluarga minum yang lain tak ada masalah, jadi aku rasa sebab penyakit ni terjadi kat aku bukan fasal itu.
Hasilnya yang saya dapat dari http://www.blogd.com/archives/000253.html.
Pemahaman agama
Aku lihat penulisan Ust zaharuddin yang meminta umat Islam jangan percaya tentang perkara yang tiada nas , bimbang kepada khurafat. Antara tulisan beliau “Malangnya tanpa disangka-sangka sebahagian orang Melayu kita telah secara tidak langsung hampir menjadi bomoh apabila turut suka meramalkan seusatu yang ghaib tanpa sebarang dalil syara' dan juga logik sains. Sebagai contoh :-
* Meramalkan jika kupu-kupu masuk ke dalam rumah, ia bermakna ada sesorang akan datang.
* Meramalkan masa depan si bayi dengan menentukan tempat tanam uri bayi tersebut
( selepas dilahirkan). Hingga ada yag percayakan bahwa jika di tanam di depan rumah beserta pensil sebatang maka dapat mencerahkan masa depan si anak. !.
* Meramalkan sesuatu yang buruk akan berlaku apabila cawan dan pinggan pecah atau kunci jatuh di ketika ingin keluar rumah.
di dalam http://www.zaharuddin.net/content/view/465/72/
Penulisan Ilmiah
Pernah dengar tentang sixth sense? ..banyak pula pembacaan yang saya jumpa membicarakan tentang naluri pancaindera keenam yang ada pada ramai orang misalnya pada orang buta. Sebuah laman web Negara jiran : bertajuk “Orang Buta Mempunyai Indera Keenam?
Den Haag - Sering kita mengetahui, bahwa banyak dari orang di sekitar kita yang mengalami kebutaan pada matanya, akan tetapi mempunyai kemandirian dalam melakukan segala sesuatu layaknya orang normal. Benarkah mereka mempunyai apa yang disebut indera keenam?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Tilburg, Belanda, mengungkapkan bahawa memang bisa saja seseorang yang mengalami kebutaan total dapat berjalan dan melakukan sesuatu tanpa bantuan apapun. Sebab, meski mata mereka tidak normal, otak dan naluri mereka bekerja jauh lebih besar dari orang kebanyakan.
Oleh para ilmuwan tersebut ini yang disebut dengan "blindsight", sebuah kemampuan yang luar biasa dari beberapa orang buta untuk dapat "melihat", karena sebenarnya ada kemampuan untuk menerima gambar ke dalam otak mereka. Selain itu, dalam insting mereka dalam memahami keadaan sekitar juga menjadi penunjang bagaimana mereka bisa melihat.
Seperti yang dilansir Science Daily, Kamis (25/12/2008), ini menjadi bukti lain yang pasti, bahwa manusia secara tersembunyi mempuyai "intuisi" yang dapat mendeteksi aspek dunia di sekitar kita dengan cara yang tidak bisa diterima oleh logika. Inilah yang disebut dengan indera keenam.
Yang jelas, otak mempunyai peranan penting. Dengan otak, semua pesan yang masuk, baik berupa gambar, maupun suara akan bekerja. Meskipun, salah satu alat indera kita tidak bekerja maksimal.
Itulah kenapa orang buta bisa menjalani aktivitas secara normal, karena otak mereka masih bisa bekerja. Dan mungkin, kemampuan indera keenam mereka yang terbuka.
http://arsip.info/08_12_25_235032.html
Kesimpulannya..apakah maksud pada mataku yang bergerak-gerak ini. Ya Allah kau jauhkan dariku segala musibah.
walaahualam.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Dipetik daripada : http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=0415&pub=utusan_Malaysia&sec=feminin
ARKIB : 15/04/2008
Setiausaha bukan ‘kuli’ bos
Evolusi dalam dunia setiausaha 20 tahun dahulu hingga kini memang amat ketara perbezaannya. Dulu, seorang setiausaha hanya menunggu perintah atau arahan bos dan menyediakan apa yang disuruh sahaja, malah boleh dikatakan tidak ramai wanita yang berminat untuk memilih kerjaya ini kerana tidak mahu dilabel sebagai 'kuli bos'.
Tidak kurang juga pandangan masyarakat yang sering melabel kerjaya ini sebagai batu loncatan untuk kesenangan dengan cara yang tidak profesional.
Penampilan cantik seorang setiausaha ditambah dengan perhubungan erat antara seorang setiausaha dan bos, kerap mencetus satu talian peribadi yang tidak boleh diterima oleh masyarakat.
Namun itu dulu, kini tanggapan negatif masyarakat bahawa setiausaha dikaitkan dengan imej menggoda perlu ditangkis sama sekali.
Setiausaha kini adalah mereka yang profesional dan boleh bekerja bersama-sama dengan majikan, bukan setakat menerima arahan semata-mata.
Bahkan, pengetahuan mereka juga perlu berada pada tahap yang sama dengan majikan agar pandangan dan pendapat boleh diterima pakai dalam usaha untuk memajukan syarikat secara keseluruhan.
Pakar motivasi dari Positive Mind Resources, Ibrahim Ahmad berkata, kecanggihan teknologi dan kemudahan mendapatkan maklumat dengan hanya beberapa saat menerusi Internet dan media, bukan lagi halangan untuk seorang setiausaha itu memantapkan lagi kebolehan diri.
Panduan tentang cara komunikasi luaran yang baik disertakan dengan penampilan yang bersesuaian menambah kredibiliti seseorang setiausaha di zaman serba maju kini.
Manusia sentiasa mencari formula untuk memajukan diri demi kebaikan semua pihak, salah satu cabang yang belum diteroka oleh setiap setiausaha ialah cara berkomunikasi menerusi pancaindera keenam.
"Kita semua sedia maklum bahawa seorang setiausaha menguruskan keperluan majikannya di pejabat dan kadang kala melibatkan urusan peribadi sekiranya diminta majikan.
Seperti yang semua sedia maklum, seorang setiausaha perlu mempunyai teknik komunikasi yang baik untuk menyesuaikan diri dengan persekitarannya.
Kegagalan dalam berkomunikasi menyebabkan wujudnya masalah dalam pergaulan, kerjasama dan cara menguruskan konflik.
"Asas komunikasi yang baik ialah menguasai intonasi, bahasa tubuh, pandangan mata (eye contact).
"Terdapat satu cabang komunikasi berasaskan konsep sains minda yang boleh diamalkan oleh semua setiausaha.
"Perlu diingatkan cabang baru ini untuk memperbaiki lagi skil komunikasi dan ia bukannya pengganti kepada komunikasi konvensional, sebaliknya sebagai pelengkap dan juga bonus kepada setiausaha yang mengamalkannya," jelas Ibrahim.
Komunikasi pancaindera keenam ialah satu konsep yang menggunakan minda bawah sedar sebagai medium penghantaran maklumat.
Boleh dikatakan setiap orang sentiasa menggunakan kemahiran komunikasi ini tetapi tidak menyedarinya.
"Latihan tentang teknik dapat membantu mengoptimumkan penggunaan komunikasi bawah sedar ini. Ia berfungsi menerusi tiga proses iaitu set; hantar; dan terima.
"Ia penting diamalkan oleh setiap setiausaha terutama sebelum mengadakan perbincangan dengan ketua kerana mesej telah dihantar terlebih awal, ini seterusnya memudahkan setiap urusan berjalan dengan lancar," jelas beliau.
Ibrahim berkata, terdapat banyak teknik untuk menguasai komunikasi alternatif ini, tetapi teknik yang paling mudah dan berkesan ialah menerusi visualisasi dan saranan tutur kata.
Setiausaha yang mengamalkan teknik ini akan dapat merasakan bahawa perubahan urusan kerja menjadi lebih cekap, peka terhadap kehendak majikan dan keadaan sekeliling.
"Sudah tentu majikan berbangga kerana memiliki setiausaha yang boleh diharap. Pengalaman teknik ini juga menjadikan seorang setiausaha itu lebih tenang, mudah menguasai keadaan walaupun terlalu sibuk dan dibebani kerja yang banyak," kata beliau.
Ibrahim akan menerangkan lebih lanjut mengenai teknik tersebut pada ceramahnya sempena sambutan Minggu Setiausaha anjuran UPND dan Utusan Karya pada 24 April ini, di Hotel Istana, Kuala Lumpur.
Pada program sehari itu nanti, mereka akan didedahkan dengan teknik dan latihan praktikal untuk memantapkan lagi komunikasi pancaindera keenam masing-masing.
"Semua setiausaha digalakkan datang menimba ilmu dalam keadaan santai sambil dihiburkan oleh Amy Search dan pemenang kedua Raja Lawak Astro, Cham," ujar beliau menutup bicara.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@Dipetik daripada laman sosial 'facebook'
oleh : Tatang Ciwidey
bertajuk : MENGAKTIFKAN INDRA KE ENAM UNTUK MELIHAT ALLAH
"Dan barang siapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta, dan lebih sesat lagi jalannya."